Nanti kalau melahirkan berarti
sesar lagi.
Begitulah kalimat yang sering kudengar ketika saudara
maupun temen-temenku mendengar jawabanku saat melahirkan Faiz anak pertamaku
dengan persalinan sesar.
Kalau sudah sesar tidak mungkin
bisa melahirkan normal.
Pernyataan sebagian besar teman-temanku saat mengetahui
bahwa nantinya kalau melahirkan anak kedua aku ingin dengan persalinan normal,
aku pasti sesar lagi begitu menurut kata-kata mereka.
Banyak sanggahan-sanggahan yang menyiutkan nyali
ketika aku ingin melahirkan secara normal atau VBAC (Vaginal Birth After Caesarian).
Namun tekadku sudah bulat. Kalau orang lain bisa VBAC, kenapa aku tidak bisa?
Aku ingat sebuah kalimat yang kudapatkan dari sebuah artikel yang sangat
menggugah semangatku. Bahwa Allah SWT telah mngaruniakan kita seorang janin
dalam rahim, tentu Dia pula yang akan mengeluarkan. Allah SWT telah menciptakan
manusia dengan bentuk yang sempurna, diciptakan-Nya rahim maka diciptakanNya
juga jalan rahim. Rasa sakit saat kontraksi pun merupakan salah satu sistem
tubuh dalam membantu seorang bayi keluar dari rahim ibunya. Jadi kenapa pula
harus takut dengan rasa sakit kontraksi. Jika seorang wanita tidak takut hamil,
kenapa pula harus takut menghadapi sakitnya kontraksi.
Yah setiap ibu yang akan melahirkan tentunya akan
merasakan sakit. Banyak para ibu yang akhirnya memilih untuk melahirkan sesar
karena tidak ingin merasakan sakitnya kontraksi dan melahirkan secara normal.
Pernah suatu hari temanku bercerita kepadaku bagaimana dia melahirkan secara
sesar.
“Kalau nanti mau melahirkan aku pilih sesar saja. Cepet
tidak merasakan sakit. Kalau normal itu sakit banget,” kata temanku.
“Ah masa sih mbak. Kalau saya malah ingin normal saja. Aku sudah
merasakan bagaimana sakitnya setelah melahirkan sesar. Untuk bangun saja susah,
harus latihan miring dahulu, itupun sakit banget. Aku nggak mau sesar lagi,” kata
ku.
Oh tidak! Jika kalian berpikiran seperti itu salah besar.
Pengaruh jahitan sesar itu justru lebih sakit setelah melahirkan. Terbayang
saat itu seperti teriris-iris bekas bagian yang disesar ketika mau menggerakkan
badan. Mau memiringkan badan saja susah, apalagi mau duduk.
---------
Allah SWT telah berfirman dalam kitab Alquran yang
menggambarkan bagaimana saat Maryam, Ibunda Nabi Isa AS melahirkan.
“Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar)
pada pangkal pohon kurma, ia berkata, “Aduhai, alangkah baiknya aku mati
sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan.” QS
Maryam : 23
Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah, “Janganlah
kamu bersedih hati, Sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di
bawahmu.” QS Maryam : 24
Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya
pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. QS Maryam : 25
Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu... QS Maryam:
26
Siti Maryam, ibunda nabi Isa AS merasakan begitu sakitnya
saat akan melahirkan hingga terlontar kalimat “...alangkah baiknya aku mati
sebelum ini...” QS Maryam : 23. Lalu, bagaimana dengan kita? Apakah kita akan
putus asa sebelum datangnya usaha?
Yah, aku tidak ingin sesar lagi jika nanti melahirkan. Jika
mengingat masa-masa saat melahirkan pertama kali, rasa sakit itu kembali
terbayang.
Maka sejak ada keinginan untuk hamil anak kedua, aku mencari
referensi tentang VBAC serta tenaga kesehatan/ bidan/dokter kandungan yang pro
VBAC dari internet hingga kabar gembira itu datang, dimana aku dinyatakan
positif hamil.
Selama kehamilan yang kedua aku banyak belajar sehingga tidak
terlalu “rewel” seperti kehamilan sebelumnya dan mempersiapkan diri agar bisa
VBAC.
Adapun persiapan tersebut adalah:
1. Mempersiapkan mental kita bahwa nantinya kita
akan melahirkan bayi yang tentunya akan merasakan sakitnya kontraksi. Persiapan
mentan ini dilakukan dengan senantiasa beribadah kepada Allah SWT, membaca
buku/artikel yang berkaitan dengan pra, saat dan pasca persalinan terutama
tentang VBAC. Diupayakan tidak hanya bunda saja yang belajar, tetapi para ayah
juga harus belajar bagaimana menghadapai masa persalinan.
2.
Mencari bidan/dokter kandungan yang pro normal.
Agak susah mencari bidan/dokter kandungan yang bersedia membantu persalinan
VBAC. Di kehamilanku yang kedua ini saya kontrol ke bidan dan dokter kandungan.
Pada awalnya dokter kandunganku itu mau
membantuku untuk VBAC, namun hingga minggu ke 38 saat kepala bayi belum masuk
panggul dan belum ada tanda-tanda perut kencang, dia bilang kepadaku kalau
nantinya aku bisa sesar lagi. Kata-kata itu membuatku gelisah hingga aku
utarakan ke bidanku dan beliau bilang bahwa aku harus yakin bisa, selalu berdoa
kepada Allah SWT, dan tawakkal.
3.
Makan makanan yang baik, halal dan bergizi.
4.
Rajin sujud, mengerjakan pekerjaan rumah, jalan
kaki, berolahraga.
5.
Mempersiapkan planning yang tepat, seperti: mau
melahirkan dimana, dengan siapa, bagaimana jika ternyata saat persalinan VBAC
ada kendala, dll.
So...
bagi bunda maupun ayah yang akan menyongsong kelahiran sang buah hati, harus mempersiapkan
diri dengan sebaik-baiknya. Tetap semangat, berpikiran positif, dan hadapi
persalinan dengan tenang.
Mbak, saya juga mengalami hal yang sama, saat hamil anak pertama, saya sangat menginginkan lahiran normal, tapi apa mau dikata, bidan yang menangani saya, tidak mau ambil resiko karena bayi besar, terus dirujuk kerumah sakit, sampai dirumah sakit, hanya sampai pembukaan 8 lebih, si dokter bilang saya harus sesar, karena pembukaan, terkendala sampai disitu, perasaan saya campur aduk, sedih sekali, namun sekarang saya bersemangat untuk VBAC, tpi saya bingung karena saya tinggal dipontianak, yang masih jarang sekali melakukannya,
BalasHapus