Jadilah seperti pohon yang akarnya menghujam ke bawah, batangnya tegak, menghasilkan buah yang menyegarkan dan tajuknya menaungi memberikan kesejukan

Senin, 08 Desember 2014

Hikmah di Pagi Hari

Selonjoran sambil matanya memandang lalu lalang kendaraan dan orang-orang yang sibuk di pagi hari. Bajunya putih dan mukanya bersinar terang. Di sebelahnya tergeletak pikul dan barang dagangannya. Pisang dan mangga, buah yang sangat disukai Faiz. Aku berbegas melewati kakek tersebut untuk absen dengan finger print. Maklum satu menit berharga, hehe... Dengan langkah cepat kuhampiri kakek yang tadi duduk di depan pintu gerbang kantorku.

Ups .. kakek itu menghilang, kemanakah dia pergi? Kutengok sepanjang jalan di kanan kiriku, tapi tak juga kumelihatnya. Kek, dimanakah anda? Kubayangkan kakek tersebut memikul barang dagangannya dengan tertatih-tatih. Sedih. Aku ingin membeli barang dagangan kakek tapi kenapa kakek pergi. Kebetulan di samping kantorku ada gang kecil, mungkin dia melewati gang tersebut. Kulangkahkan kakiku menuju gang tersebut. Ah .. itu dia. Seorang kakek berbaju putih, ingin kumemanggilnya tapi jarakku dengannya masih jauh. Kupercepat langkahku... oh.. kakek itu cepat juga jalannya. Aku tambah kecepatan langkahku.. tapi kakek itu terlalu cepat berjalan. Kek tunggu aku ingin membeli barang dangangan anda.

Dari kejauhan kudengar seorang ibu ibu memanggilnya dan bertanya berapa harga pisang. Alhamdulillah.. akhirnya kakek tersebut berhenti juga. Kudekati kakek tersebut dan aku mendengarkan dulu percakapan kakek dengan ibu-ibu yang hendak membeli.
“Kek, harga pisang berapa? “
“50 ribu aja.”
“Kok mahal kek?”
“Ya sudah 40 rb aja.”
“Tapi tambah yang ini ya kek? (sambil menunjukkan pisang yang lebih kecil)”.
Kakek tersebut malah bertanya kepadaku.
“Neng mau beli pisang juga?”
“Iya kek,” jawabku.
“Kalau begitu pisang ini (yang lebih kecil) dibagi dua ya, satunya buat neng.”
Setelah ibu yang beli tadi pergi, aku bertanya dengan kakek tersebut.
“Pak usia berapa?”
“ Usia babah 80 tahun.” Hmm aku teringat dengan almarhum bapakku.
“Tapi bapak terlihat sehat dan kuat.”
“Babah punya rahasia. Babah rajin sholat tahajud, habis itu babah baca sepuluh surat.”
“Sepuluh surat? Banyak juga pak?”
“Iya, babah baca sepuluh surat. Surat Yasin, Sajadah, Waqi’ah, ArRahman, Al Mulk (dia bilang tabarak), Al Fath, (aku lupa surat berikutnya).” Katanya sambil menghitung dengan jari jemarinya.
Semakin penasaran aku dengan kakek tersebut.
“Bapak gak capek ya?”
“Babah gak capek, meski babah bawa pikul babah gak merasa berat, justru ringan. Kalau sering tahajud babah didoain para malaikat. Makanya babah gak capek. Meski usia babah sudah tua, babah seperti masih muda. Malah ada yang bilang kok babah gak nikah lagi aja. Haha.. nanti babah gak bisa bangun malam donk. Becanda ya.. babah pengen bisa bangun malam sholat tahajud.” saat tertawa, giginya terlihat sudah tidak ada. Gelak tawanya masih renyah dan tatapan matanya tajam.

Ah pak.. saya aja masih banyak bolongnya nih, malu rasanya.

Semoga bapak senantiasa sehat dan mendapatkan rizki yang barokah, dagangannya laris manis. Terima kasih Pak atas pertemuan hari ini.