Jadilah seperti pohon yang akarnya menghujam ke bawah, batangnya tegak, menghasilkan buah yang menyegarkan dan tajuknya menaungi memberikan kesejukan

Minggu, 03 Maret 2013

Di Bawah Terik Matahari



Terik matahari begitu menyengat di siang hari itu. Selepas berkunjung ke rumah teman di Jl. Rawa Geni, aku dan faiz mencari ojek untuk mengantar kami menuju jalan raya. Namun, sesampainya di pangkalan ojek, kami tidak menemukan satupun tukang ojek. Oh my God, terbayang aku harus berjalan jauh bersama faiz di bawah terik matahari. Suara adzan Dhuhur melantun dengan merdunya saat kaki-kaki kami melangkah pelan. Faiz yang berada disampingku berjalan dengan penuh semangat. Dia tidak menghiraukan teriknya panas. Kebahagiaannya melupakan rasa lelahnya berjalan.

Kami terus berjalan. Sesekali aku berhenti untuk menggendong faiz. Kasihan kalau ia berjalan terus, terlebih lagi jalan ramai penuh lalu lalang kendaraan bermotor dengan kecepatan tinggi. Kalau sudah keberatan menggendong faiz dan jalanan mulai menurun atau jalan rata/agak rata, ia kuturunkan. Dan setelah turun, faiz pun kembali berjalan dengan penuh gaya dan celotehan. Aku takjub dengan semangatnya, dia tak pernah kenal lelah. Sama sekali tidak ada keluhan darinya. Semangatnya memberikan diriku semangat untuk segera sampai di jalan raya menuju Citayam.

Jalan kembali menikung. Kapankah kami sampai tujuan? Maklumlah aku baru dua kali lewat jalan ini. Saat pertama kali lewat jalan ini, aku diantar oleh abinya faiz. Jadi, kali ini aku lupa berapa tikungan lagi yang harus kulalui lagi. Di depan sudah terbentang jalan menanjak. Aku harus menggendong faiz lagi. Dalam gendonganku faiz begitu gembira sambil melihat motor dan mobil yang berlalu lalang. Ketika jalan mulai rata, faiz kuturunkan. Saat itulah aku melihat banyak kendaraan. Itu artinya kami sudah tidak jauh lagi dari jalan raya, pikirku. Kulihat dengan cermat, dan ternyata benar itu jalan raya. Alhamdulillah, “Faiz kita sudah mau nyampe nih.”

Kami menyebarangi rel kereta api dengan cepat dan gesit, karena perlintasan rel ini tidak ada penjaga resminya. Yang ada hanyalah penjaga pintu sukarela dari warga kampung. Saat kami akan menyeberang, jalan raya begitu ramai. Begitu kami menyeberang, datang angkot menghampiri kami. Terima kasih kepada sopir angkot yang tidak mau dibayar karena tidak bisa sampai ke tempat tujuan hingga akhirnya kami harus naik ojek dari Stasiun Citayam. Dalam perjalanan pulang, faiz terlelap dalam tidurnya. Alhamdulillah kami selamat hingga sampai rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar